Keturunan Rasulullah SAW
Golongan yang pertama adalah mereka yang merupakan keturunan Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Pada suatu hari, Hasan (cucu Rasulullah) telah mengambil sebuah kurma dari zakat lalu dimasukkan ke mulutnya. Rasulullah berkata (kepada Hasan), 'jijik, jijik, muntahkan kurma itu, sesungguhnya tidak halal bagi kita (Nabi dan keturunannya) mengambil sedekah atau zakat." (HR Muslim)
Lalu, Abu Hurairah pernah berkata dalam suatu hadits sebagai berikut:
"Bahawasanya Nabi SAW apabila diberi makanan, beliau menanyakannya. Apabila dijawab hadiah, beliau memakan sebagiannya. Apabila itu zakat, beliau tidak memakannya." (HR Muslim dan Bukhari)
Orang kaya tentu memiliki harta yang berlimpah, oleh karena itu mereka masuk ke dalam golongan yang tidak berhak menerima zakat. Soalnya, mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa meminta-minta sedangkan ia mempunyai kekayaan maka seolah-olah ia memperbesar siksaan neraka atas dirinya. Mereka bertanya, 'Ya Rasulullah, apakah arti kaya itu?' Rasulullah menjawab, 'Orang kaya adalah orang yang (hartanya) cukup untuk dimakan sehari-hari." (HR Abu Dawud dan Ibnu Hibban)
Tidak Beragama dan Non-Islam
Mereka yang tidak mempunyai agama maka tidak berhak menerima zakat. Lalu, mereka yang bukan beragama muslim (non-islam) juga tidak berhak menerima zakat.
Walaupun mereka tidak berkecukupan dan umat Islam ingin membantunya, hal tersebut sah-sah saja untuk dilakukan namun tidak dianggap sebagai zakat melainkan hanya pemberian biasa.
Allah SWT telah berfirman dalam Surat Al-Insan ayat 8:
وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
Artinya: "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan."
Mempunyai Fisik Kuat dan Berpenghasilan Cukup
Golongan terakhir yang tidak berhak menerima zakat adalah yang mempunyai fisik kuat dan berpenghasilan cukup. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"Sedekah (zakat) tidak halal bagi orang kaya atau orang yang memiliki kemampuan (untuk mencari harta)." (HR Ahmad)
Itu dia tujuh golongan yang tidak berhak mendapatkan zakat. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan detikers.
LAZNAS Dewan Dakwah - Diantara golongan orang yang berhak untuk menerima zakat yakni orang fakir dan orang yang miskin. Seringkali kedua kata ini disandingkan menjadi satu kata dan diartikan sama dalam satu arti.
Namun dalam asnaf penerima zakat, Allah SWT membedakan antara fakir dan miskin, sehingga keduanya merupakan dua golongan yang berbeda. Dalam al-Qur'an, penjelasan terkait fakir dan miskin tidak dijelaskan secara gamblang.
Ulama telah memberikan penjelasan terkait perbedaan fakir dan miskin. Keduanya memiliki perbedaan kriteria. Secara bahasa, fakir artinya orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan untuk mencukupi setengah dari kebutuhannya baik sandang, pangan, atau papan. Sedangkan miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan namun tidak bisa mencukupi seluruh kebutuhan primernya.
Ulama sependapat bahwa fakir ialah orang yang kebutuhan dasarnya lebih besar daripada pendapatannya sehingga tidak mampu mencukupi setengahnya. Imam Syafi'i menjelaskan bahwa fakir yakni orang yang tidak memeiliki apapun. Sementara orang miskin merupakan orang yang penghasilannya tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, meski memiliki penghasilan atau harta, itu tidak menjadikannya mendapatkan kehidupan yang layak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang fakir lebih membutuhkan daripada orang miskin. Dalam beberapa penjelasan, fakir merupakan kondisi paling ekstrim dari kemiskinan. Orang fakir sudah termasuk orang miskin, sedangkan orang miskin belum tentu merupakan orang yang fakir.
Perbedaan paling mendasar keduanya yakni dari tingkat kekurangan materi. Biasanya orang miskin masih memiliki beberapa harta atau aset meski tidak mencukupinya, sementara orang fakir mungkin saja sama sekali tidak memiliki harta benda.
Selain itu, kategori miskin berbeda bagi setiap orang tergantung di lingkungan tempat mereka tinggal. Bisa saja seseorang tergolong miskin di suatu daerah, namun bila berada di daerah yang lain dalam kondisi yang sama, bisa saja dia tergolong berkecukupan bahkan kaya. Hal ini juga berdasarkan pada tingkat pemenuhan kebutuhan kehiduapn di suatu daerah.
Meskipun sama-sama dalam keadaan kekurangan, kondisi fakir memang lebih buruk daripada kondisi miskin. Kondisi miskin bisa menjadikan seseorang jatuh fakir, sementara fakir, dalam hadis diterangkan bahwa kondisi fakir bisa menjerumuskan kepada kekufuran.
Maka dari itu, Allah SWT telah menetapkan hak bagi mereka dalam zakat, guna meringankan beban kehidupan mereka dan menghindarkan mereka daripada hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat membahayakan agama dan diri mereka.
Zakat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kaum muslimin. Perintah menunaikan zakat termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 110,
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ ۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya: "Dirikanlah salat serta tunaikanlah zakat. Segala kebaikan yang telah kamu kerjakan untuk dirimu akan kamu dapatkan (pahalanya) di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara syariat, zakat artinya sebagian harta yang diwajibkan Allah SWT untuk diserahkan kepada golongan yang berhak menerima atau mustahik. Dinamakan zakat karena harta yang dimiliki tumbuh keberkahannya setelah dikeluarkan dan doa dari orang yang menerima.
Sayyid Sabiq dalam karyanya yang berjudul Edisi Indonesia Fikih Sunnah 2 menyebut bahwa zakat adalah segala sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai kewajiban kepada Allah SWT. Zakat terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.
Zakat fitrah wajib ditunaikan oleh seluruh umat Islam tanpa mengenal usia. Mengutip buku Fiqih Praktis oleh Muhammad Bagir, zakat fitrah juga disebut zakat badan.
Sementara itu, zakat mal berkaitan dengan harta kekayaan seseorang. Jika zakat fitrah wajib dikeluarkan menjelang Idul Fitri, zakat mal dikeluarkan sesuai dengan nisab dan haulnya.
Berada di Bawah Tanggungan Orang yang Berzakat
Apabila seseorang tidak mampu namun ada yang menanggungnya, maka ia termasuk golongan yang tidak berhak menerima zakat. Terkecuali ada hal lain yang memperbolehkan, seperti ia berlaku sebagai amil zakat.
Menurut segi hukum fiqih, budak atau pembantu seutuhnya dimiliki oleh tuannya. Oleh sebab itu, budak termasuk golongan yang tidak boleh diberikan zakat karena harta tersebut akan menjadi milik tuannya. Padahal, zakat tidak boleh diberikan kepada orang yang mampu.
Suami yang memberikan zakat kepada istri termasuk hal yang dilarang. Sebab, menurut Ulama Ibnu al-Mundzir mengatakan bahwa menafkahi istri menjadi kewajiban suami sebagai kepala keluarga. Maka dari itu, istri tak perlu menerima zakat dari sang suami.
"Para ulama sepakat bahwa suami tidak memberi zakat kepada istrinya. Sebab, menafkahi istri adalah kewajibannya, sehingga dengan nafkah tersebut istri tidak perlu menerima zakat, sama seperti kedua orang tua," katanya.
Orang-orang yang Tidak Berhak Menerima Zakat
Berikut beberapa golongan yang tidak berhak menerima zakat sebagaimana dikutip dari buku 17 Tuntunan Hidup Muslim karya Wahyono Hadi Parmono dkk.
Zakat kepada Istri
Zakat kepada istri juga tidak diperbolehkan. Ulama Ibnu al-Mundzir menyebut hal ini karena menafkahi istri menjadi kewajiban suami. Dengan demikian, istri tidak perlu menerima zakat dari suaminya.
"Para ulama sepakat bahwa suami tidak memberi zakat kepada istrinya. Sebab, menafkahi istri adalah kewajibannya, sehingga dengan nafkah tersebut istri tidak perlu menerima zakat, sama seperti kedua orang tua." katanya.
Dari segi hukum fiqih, budak seutuhnya milik tuannya. Dengan begitu, dia tidak boleh diberikan zakat karena harta itu akan jadi milik tuannya. Padahal, zakat tidak boleh diberikan kepada orang mampu.
Tidak Beragama dan Non-Islam
Mereka yang tidak memiliki agama tidak berhak menerima zakat, begitu pun dengan non-muslim. Meski tidak berkecukupan dan umat Islam ingin membantu, hal itu tidak dapat dianggap sebagai zakat melainkan pemberian biasa.
Dalam surah Al Insan ayat 8, Allah SWT berfirman:
وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
Artinya: "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan,"
Pejuang fi Sabilillah
Yang termasuk golongan ini adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT untuk membela ajaran-Nya tapi mereka tidak menerima upah dari negara, departemen, atau lembaga terkait.
Kelompok pejuang fi sabilillah ini berhak menerima harta zakat, bahkan walau tergolong kaya sekalipun. Ini ditujukan sebagai dorongan bagi mereka untuk tetap semangat berjuang.
Ibnu sabil merupakan musafir atau orang dalam perjalanan ke suatu negeri yang tidak bermaksud maksiat pada perjalanannya itu. Apabila ibnu sabil tidak memiliki cukup ongkos untuk berangkat maupun pulang kembali ke negerinya, maka ia boleh diberi bagian dari harta zakat.
Golongan yang Tidak Berhak Menerima Zakat
Mengutip buku 17 Tuntutan Hidup Muslim oleh Wahyono Hadi Parmono, dkk, ada sejumlah golongan yang tidak berhak menerima zakat. Simak penjelasannya di bawah ini.